
24 September 2025 8:37 pm
10 Makanan Khas Imlek yang Wajib Ada dan Maknanya Filosofinya
1. Bagaimana Sejarah Makanan Khas Imlek?2. Apa Saja 10 Makanan Khas Imlek?1. Kue Keranjang2. Siu Mie (Mie Panjang Umur)3. Yu Sheng (Salad Keberuntungan)4. Jeruk Mandarin5. Ikan Utuh6. Ayam/Bebek Utuh7. Jiaozi (Pangsit)8. Telur Teh9. Sup Delapan Bentuk10. Kue Mangkuk / Kue Ku11. Manisan dan Kuaci3. Rekomendasi Hampers Imlek yang Elegan dari Carramica
Tahun Baru Imlek bukan sekadar momen berkumpul keluarga, tetapi juga sarat simbol dan tradisi melalui hidangan yang tersaji di meja. Setiap makanan khas Imlek memiliki makna dan filosofi mendalam, mulai dari harapan panjang umur, keberuntungan, hingga kemakmuran di tahun yang baru. Dalam artikel ini, kita akan mengulas 10 makanan khas Imlek yang wajib ada beserta makna filosofisnya.
Bagaimana Sejarah Makanan Khas Imlek?
Tradisi makanan khas Imlek punya akar panjang di Tiongkok kuno, lebih dari 3.500 tahun lalu sejak Dinasti Shang. Perayaan Tahun Baru Imlek awalnya adalah ritual agraris: masyarakat berterima kasih pada para leluhur dan dewa atas hasil panen, lalu memohon keberuntungan untuk tahun baru. Makanan menjadi sarana simbolis, setiap bentuk, warna, dan bahan mewakili doa tertentu (panjang umur, kemakmuran, kesuburan).
Misalnya, Kue Keranjang (Nian Gao) berasal dari ritual persembahan untuk leluhur. Kata “nian” berarti tahun, “gao” berarti tinggi, sehingga melambangkan harapan agar “setiap tahun makin tinggi” rezekinya. Selain itu, ikan Utuh (Yu) dipilih karena pengucapannya mirip kata “kelimpahan” dalam bahasa Mandarin. Tradisi menyajikan ikan utuh juga menandakan kesatuan keluarga.
Apa Saja 10 Makanan Khas Imlek?
Perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan sajian hidangan yang penuh makna. Tidak hanya lezat, setiap makanan khas Imlek melambangkan doa dan harapan baik bagi yang menyantapnya. Mulai dari kue manis hingga hidangan utama, setiap menu memiliki filosofi tersendiri yang menjadikannya lebih dari sekadar tradisi kuliner. Yuk, simak 10 makanan khas Imlek yang paling populer berikut ini beserta makna simbolisnya.
Kue Keranjang
Kue keranjang sudah ada sejak Dinasti Ming dan awalnya dipersembahkan kepada Dewa Dapur sebagai simbol ucapan terima kasih atas rezeki setahun penuh. Kata nian berarti “tahun” dan gao berarti “tinggi”. Filosofinya: setiap tahun harus lebih baik dan lebih tinggi pencapaiannya. Di Indonesia, tradisi memakan kue keranjang dipadukan dengan parutan kelapa atau digoreng, menunjukkan adaptasi budaya Tionghoa dengan selera lokal.
Siu Mie (Mie Panjang Umur)
Siu mie berasal dari keyakinan di Asia Timur bahwa semakin panjang mie yang dimakan, semakin panjang pula umur seseorang. Karena itu, mie ini dimasak tanpa dipotong—bahkan saat diangkat dari wajan. Dalam konteks modern, siu mie sering menjadi menu utama jamuan keluarga pada malam Imlek, melambangkan doa agar seluruh anggota keluarga sehat dan panjang umur bersama-sama.
Yu Sheng (Salad Keberuntungan)
Yu Sheng populer di komunitas Tionghoa Peranakan, khususnya Singapura dan Malaysia, sejak abad ke-20. Hidangan ini berupa salad ikan mentah dan sayuran warna-warni yang setiap bahannya punya simbol sendiri: ikan untuk kelimpahan, wortel untuk keberuntungan, jeruk nipis untuk rezeki yang lancar. Tradisi “lo hei” (mengaduk salad bersama sambil mengucap harapan) menjadi ritual sosial unik yang menegaskan kebersamaan dan harapan positif di awal tahun.
Jeruk Mandarin
Jeruk mandarin menjadi simbol kemakmuran karena warnanya yang oranye keemasan menyerupai emas dan kata “jeruk” (chéng) terdengar mirip dengan “berkah” dalam dialek tertentu. Memberi jeruk kepada kerabat atau tamu saat Imlek bukan sekadar suguhan, tetapi gestur saling mendoakan keberuntungan dan kesejahteraan. Di Indonesia, kebiasaan ini tetap lestari meski jenis jeruk yang dipakai bisa beragam sesuai musim.
Ikan Utuh
Dalam bahasa Mandarin, kata yú (ikan) terdengar seperti kata “kelimpahan”. Karena itu menyajikan ikan utuh saat malam Imlek menjadi simbol rezeki berlimpah yang tak habis dimakan selama setahun. Disajikan utuh (kepala hingga ekor) menandakan doa agar usaha dan perjalanan hidup tahun baru ini “utuh” dari awal sampai akhir, tidak terputus di tengah jalan. Di Indonesia, ikan yang dipilih bisa bandeng atau gurame sesuai daerah, mencerminkan akulturasi budaya.
Ayam/Bebek Utuh
Ayam atau bebek disajikan utuh — lengkap dengan kepala dan kaki — melambangkan kesatuan keluarga dan rasa hormat kepada leluhur. Ayam sering dikaitkan dengan kejujuran dan kebersihan hati, sementara bebek melambangkan kemakmuran dan keberuntungan. Penyajian utuh juga menegaskan harapan “kesempurnaan” dan “kelengkapan” dalam keluarga. Banyak keluarga Tionghoa di Indonesia memilih versi panggang, rebus, atau rica-rica sesuai selera lokal.
Jiaozi (Pangsit)
Jiaozi berbentuk mirip sycee (batangan emas kuno Tiongkok), sehingga dianggap membawa kemakmuran dan rezeki. Tradisi membuat jiaozi bersama keluarga saat malam pergantian tahun adalah simbol kebersamaan dan kerja sama menyongsong tahun baru. Dalam diaspora Tionghoa, isi pangsit ini disesuaikan — dari daging babi tradisional sampai ayam atau udang agar halal-friendly — tapi tetap menjaga makna simboliknya.
Telur Teh
Telur yang direbus dalam campuran teh dan rempah-rempah ini dipercaya membawa keberuntungan dan kesuburan. Cangkang yang retak-retak setelah direbus melambangkan “kelahiran kembali” dan awal yang baru di tahun yang baru. Aromanya yang khas juga diyakini menghadirkan ketenangan dan keseimbangan. Di Indonesia, telur teh sering dimodifikasi dengan tambahan kayu manis, jahe, atau rempah lokal untuk cita rasa yang lebih hangat.
Sup Delapan Bentuk
Sup delapan bentuk (atau Eight Treasure Soup) berisi delapan bahan berbeda, seperti kacang merah, teratai, jamur, biji teratai, hingga buah kering. Angka delapan dalam budaya Tiongkok dilafalkan ba yang mirip dengan kata “kaya/beruntung” (fa), sehingga sup ini melambangkan kelimpahan dan kesejahteraan. Kombinasi rasa manis dan gurihnya dianggap simbol harmoni. Di Indonesia, isinya sering diadaptasi dengan bahan lokal seperti kacang hijau atau labu kuning untuk tetap mencerminkan keberagaman.
Kue Mangkuk / Kue Ku
Kue mangkuk (sering disebut juga fa gao) mengembang dan merekah saat dikukus, menandakan “mekarnya” rezeki di tahun baru. Kue ku — kue ketan berwarna merah dengan isian kacang hijau atau kelapa — berasal dari tradisi persembahan kepada leluhur. Warna merahnya melambangkan keberanian dan keberuntungan. Di Indonesia, bentuk dan warna kue ini bervariasi, bahkan ada versi hijau pandan atau ungu ubi, yang menunjukkan adaptasi rasa dan selera tanpa kehilangan makna simbolisnya.
Manisan dan Kuaci
Manisan Imlek biasanya disajikan dalam kotak bulat atau segi delapan berisi berbagai potongan buah kering dan permen, melambangkan harapan hidup yang manis di tahun baru. Kuaci (biji bunga matahari atau semangka) dikaitkan dengan kesuburan, keberlanjutan keturunan, dan rezeki yang bertambah. Menyajikan manisan dan kuaci juga punya fungsi sosial: sebagai camilan ringan saat keluarga dan tamu saling bertukar doa keberuntungan, mencerminkan tradisi berbagi kebahagiaan.
Rekomendasi Hampers Imlek yang Elegan dari Carramica
Rayakan Tahun Baru Imlek dengan cara yang lebih berkesan bersama Hampers Imlek Elegan dari Carramica. Koleksi spesial ini menghadirkan paduan keramik berkelas dengan desain edisi terbatas yang cantik dan fungsional. Setiap itemnya microwave-safe, oven-safe, dan dishwasher-safe. Dengan kemasan premium yang sudah termasuk gift card gratis, hampers ini siap dikirim sebagai ucapan selamat dan doa keberuntungan untuk semuanya!
Tidak hanya menawarkan keindahan, Carramica juga memastikan kualitas ekspor dengan garansi pecah-belah dan harga yang tetap bersahabat. Ini menjadikannya pilihan tepat bagi kamu yang ingin memberikan hadiah Imlek yang bermakna, elegan, dan berbeda dari yang lain. Ungkapkan harapan dan keberuntungan tahun baru lewat hampers keramik mewah Carramica.