3 September 2025 3:01 pm

Aturan Angpao Imlek: Makna, Nominal, dan Panduan Memberi yang Benar

Aturan Angpao Imlek: Makna, Nominal, dan Panduan Memberi yang Benar
Memberi angpao saat Imlek bukan hanya soal berbagi uang, melainkan juga melestarikan tradisi penuh makna yang sudah diwariskan turun-temurun. Setiap detailnya, mulai dari siapa yang memberi dan menerima, warna amplop, hingga jumlah nominal di dalamnya, mengandung filosofi tentang keberuntungan, doa, dan keharmonisan hidup.

Apa itu Angpao dan Dari Mana Asalnya?

Angpao (红包, hóngbāo) adalah amplop merah berisi uang yang biasanya diberikan pada momen perayaan besar, terutama Tahun Baru Imlek. Warna merah dalam angpao dipilih karena dalam budaya Tionghoa melambangkan keberuntungan, kebahagiaan, dan penolak bala. Isinya berupa uang, tapi nilai filosofisnya bukan pada jumlah, melainkan pada doa & restu yang menyertainya.
Konsep awal angpao berasal dari cerita rakyat Dinasti Qin (sekitar 2000 tahun lalu). Saaat itu, ada roh jahat bernama Sui yang suka mengganggu anak-anak di malam tahun baru. Orang tua lalu memberikan koin yang dibungkus kain merah untuk melindungi anak-anak. Koin ini disebut "Ya Sui Qian", yang berarti “uang penakluk roh tahun”. Dari sinilah lahir tradisi memberikan uang dalam pembungkus merah.
Di era Dinasti Song & Ming, orang kaya dan pejabat memberi hadiah berupa koin dalam kantong merah kepada bawahan atau kerabat sebagai tanda restu dan status sosial. Praktik ini berkembang menjadi budaya umum di masyarakat, tidak hanya terbatas pada keluarga bangsawan.

Apa Makna Filosofis Angpao?

Angpao mencerminkan filosofi bahwa rezeki harus berputar. Orang yang sudah menikah atau sudah mapan secara ekonomi memberi kepada anak-anak atau kerabat yang belum menikah. Ini bukan sekadar berbagi, tetapi juga bentuk pengakuan bahwa hidup berjalan dalam siklus. ketika sudah mencapai titik tertentu, seseorang memiliki tanggung jawab moral untuk mengangkat yang masih di bawah.
Banyak keluarga Tionghoa percaya bahwa angpao membawa “energi hoki” ke dalam rumah, sehingga memberi dan menerima sama-sama mendatangkan keberuntungan. Angka kembar seperti 66 atau 88 sering dipilih karena dianggap menggandakan hoki, sementara angka ganjil jarang dipakai karena dianggap kurang harmonis.
Istilah angpao di Jepang dikenal dengan tradisi Otoshidama (amplop berisi uang untuk anak-anak saat Tahun Baru), sementara di dunia Islam ada Eidi (pemberian uang saat Idul Fitri). Artinya, filosofi berbagi rezeki di momen penting adalah nilai universal.

Siapa Saja yang Wajib Memberi Angpao?

Dalam tradisi Imlek, memberi angpao bukan sekadar kebiasaan, melainkan tanda bahwa seseorang sudah siap berbagi berkah dengan orang lain. Biasanya kewajiban ini jatuh pada mereka yang sudah menikah atau dianggap mapan secara ekonomi, karena status tersebut menandakan kesiapan untuk tidak hanya mengurus diri sendiri, tetapi juga mendukung keluarga dan kerabat.

Mereka yang Sudah Menikah

Dalam tradisi Tionghoa, status pernikahan adalah titik balik penting. Seseorang yang sudah menikah dianggap telah “lengkap” sebagai individu dewasa. Karena itu, mereka berkewajiban berbagi rezeki dengan yang lebih muda atau belum menikah melalui angpao. Filosofinya: pernikahan adalah tanda kesiapan untuk bukan hanya mengurus diri sendiri, tetapi juga berbagi berkah dengan orang lain.

Orang Tua kepada Anak

Orang tua biasanya memberi angpao kepada anak-anak mereka, bahkan meski sang anak sudah bekerja. Tujuannya bukan semata-mata materi, tapi sebagai simbol doa dan perlindungan di tahun yang baru.

Kerabat atau Atasan

Dalam lingkup yang lebih luas, kerabat yang lebih tua memberi pada yang lebih muda, dan dalam beberapa budaya Tionghoa modern, atasan memberi angpao kepada bawahan sebagai bentuk apresiasi dan restu bisnis. Ini memperluas filosofi angpao dari keluarga ke lingkup sosial yang lebih besar.

Siapa Saja yang Boleh Menerima Angpao?

Menerima angpao saat Imlek identik dengan doa keberuntungan dan restu dari yang lebih tua atau lebih mapan. Tidak hanya anak-anak, tradisi ini juga berlaku bagi kerabat yang belum menikah maupun orang-orang terdekat dalam lingkup sosial tertentu. Dengan cara ini, angpao menjadi simbol kasih sayang, dukungan moral, sekaligus pengikat kebersamaan di momen tahun baru.

Anak-anak

Mereka adalah penerima utama. Filosofinya: anak-anak adalah generasi penerus yang harus diberi bekal doa dan keberuntungan agar tumbuh sehat dan bahagia.

Kerabat yang Belum Menikah

Meskipun sudah dewasa, seseorang yang belum menikah masih dianggap berada dalam fase “belum lengkap” dalam budaya Tionghoa. Karena itu, mereka berhak menerima angpao sebagai bentuk dukungan moral dan simbol keberuntungan.

Dalam Lingkup Sosial Tertentu

Di beberapa komunitas, angpao juga bisa diberikan kepada teman dekat, tetangga, atau bahkan rekan kerja. Di sini, penerimaan angpao berfungsi sebagai simbol harmoni dan solidaritas sosial, bukan hanya urusan keluarga.

Bagaimana Aturan Memberi Angpao?

Memberi angpao ada etikanya, bukan sekadar memasukkan uang ke dalam amplop lalu membagikannya. Setiap aturan, mulai dari warna amplop, jumlah uang, hingga cara menyerahkannya punya makna filosofis yang menjaga tradisi tetap hidup. Dengan memahami panduan ini, kita tidak hanya ikut merayakan Imlek, tetapi juga menghormati nilai budaya yang sudah diwariskan turun-temurun.

Siapa yang Wajib Memberi

Orang yang sudah menikah biasanya dianggap “wajib” memberi angpao, karena mereka dipandang sudah mapan dan siap berbagi rezeki. Penerimanya adalah anak-anak, saudara yang lebih muda, atau kerabat yang belum menikah. Tradisi ini melambangkan tanggung jawab generasi yang sudah dewasa kepada generasi yang masih bertumbuh.

Jumlah Uang Harus Genap

Isi angpao biasanya berupa uang dengan nominal genap, karena angka genap dianggap membawa keseimbangan dan keberuntungan. Angka 8 sangat populer karena bunyinya mirip kata “makmur” dalam bahasa Mandarin. Sebaliknya, angka 4 sebisa mungkin dihindari karena bunyinya mirip kata “mati”.

Warna Merah pada Amplop

Angpao selalu diberikan dalam amplop merah karena merah melambangkan keberuntungan, kebahagiaan, dan energi positif. Warna ini dipercaya mampu mengusir kesialan dan menarik berkah di tahun yang baru. Karena itu, meskipun ada e-angpao, desainnya tetap dominan merah agar maknanya tidak hilang.

Cara Memberikan Angpao

Memberikan angpao tidak asal serah-terima, melainkan dilakukan dengan dua tangan sebagai tanda hormat. Penerima pun biasanya menerimanya dengan dua tangan, sering kali disertai ucapan doa atau harapan baik. Tradisi ini menekankan bahwa angpao bukan sekadar hadiah uang, melainkan simbol doa dan penghormatan antar generasi.

Nominal Bukan yang Terpenting

Besar kecilnya uang dalam angpao bukanlah hal utama, karena makna sebenarnya adalah berbagi berkah dan doa baik. Bahkan, ada keluarga yang sengaja memberi jumlah kecil untuk anak-anak agar mereka belajar menghargai tradisi, bukan hanya nilai uangnya. Dengan begitu, angpao tetap terasa istimewa walau nominalnya sederhana.

Gunakan Uang Baru atau Rapi

Uang dalam angpao sebaiknya uang baru atau setidaknya dalam kondisi rapi, tidak lusuh. Ini melambangkan kesegaran, keberkahan, dan awal baru yang bersih di tahun yang akan datang. Oleh karena itu, menjelang Imlek, banyak orang rela antre di bank untuk menukar uang khusus angpao.

Berapa Nominal Angpao yang Wajar Diberikan di Indonesia?

Di Indonesia, jumlah uang dalam angpao biasanya menyesuaikan dengan usia dan kedekatan hubungan antara pemberi dan penerima. Untuk anak-anak kecil, nominalnya cenderung kecil, sekitar Rp10.000 hingga Rp50.000. Sedangkan untuk keponakan berkisar Rp50.000 sampai Rp100.000 agar terasa lebih pantas. Beberapa keluarga juga memberi angpao kepada orang tua atau kakek-nenek dengan nominal Rp100.000 hingga Rp300.000.
Selain itu, angpao di Indonesia juga sering diberikan kepada pegawai, asisten rumah tangga, atau sopir sebagai bentuk terima kasih dan berbagi berkah. Jumlahnya bisa lebih besar, antara Rp100.000 sampai Rp500.000, tergantung kemampuan finansial keluarga. Namun, pada akhirnya tidak ada aturan baku soal besaran angpao, karena esensinya adalah ketulusan memberi, bukan angka di dalam amplop.

Apa Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Memberi Angpao?

Meski terlihat sederhana, memberi angpao sebenarnya punya aturan tidak tertulis yang penting untuk diperhatikan. Ada beberapa hal yang dianggap pantang, seperti salah warna amplop, jumlah uang yang kurang tepat, hingga cara memberi yang tidak sopan. Menghindari kesalahan-kesalahan kecil ini bukan hanya soal etika, tapi juga cara menjaga makna angpao tetap membawa keberuntungan.

Memberi Angpao dengana Menggunakan amplop putih atau hitam

Dalam tradisi Tionghoa, angpao selalu menggunakan amplop merah karena warna merah dipercaya membawa keberuntungan, kebahagiaan, dan perlindungan dari hal-hal buruk. Sebaliknya, warna putih dan hitam memiliki makna yang sangat berbeda dalam budaya Tionghoa. Putih biasanya identik dengan duka dan kematian, sehingga lebih sering dipakai dalam upacara pemakaman atau saat melayat.

Angpao dengan Memberi jumlah ganjil atau angka 4

Dalam tradisi Tionghoa, angpao sebaiknya diisi dengan jumlah uang genap, karena angka genap dianggap melambangkan keseimbangan, keharmonisan, dan keberuntungan. Sebaliknya, angka ganjil sering dihubungkan dengan suasana duka, misalnya uang dengan jumlah ganjil biasanya digunakan dalam tradisi pemakaman. Memberi angpao dengan nominal ganjil bisa dianggap kurang pantas atau bahkan membawa kesan tidak baik.

Memberi Angpao dengan satu tangan

Dalam budaya Tionghoa, memberi dan menerima angpao tidak boleh dilakukan dengan satu tangan, karena dianggap tidak sopan. Memberi dengan satu tangan seolah menunjukkan sikap asal-asalan, kurang hormat, bahkan terkesan seperti "melempar" uang. Padahal, angpao bukan hanya sekadar uang, melainkan simbol doa, keberkahan, dan hubungan baik antar generasi.

Kesimpulan

Tradisi angpao dalam Imlek bukan sekadar soal memberi uang, melainkan simbol doa, restu, dan berbagi berkah antar generasi. Dari asal-usulnya sebagai “Ya Sui Qian” untuk melindungi anak dari roh jahat, hingga berkembang sebagai budaya universal berbagi rezeki, angpao tetap memegang nilai filosofis: rezeki harus berputar dan keberuntungan dibagikan.
Aturan memberi angpao pun sarat makna, mulai dari penggunaan amplop merah, jumlah uang genap, cara memberi dengan dua tangan, hingga uang yang rapi atau baru. Nominal tidak pernah jadi ukuran utama, karena yang terpenting adalah ketulusan dan doa baik di baliknya. Dengan memegang prinsip-prinsip ini, tradisi angpao bukan hanya menjaga budaya, tetapi juga mempererat hubungan keluarga dan sosial di tahun yang baru.
-

About Writer


Asyraf Syafiq Adhika


Penulis konten seputar hampers dan gifting yang telah berpengalaman lebih dari 3 tahun mengkurasi hampers Natal, Imlek, dan Lebaran. Ia fokus pada pemilihan set makan keramik yang memadukan estetika, nilai budaya, dan makna personal dalam setiap hadiah.



Frequent Asked Question

©- Copyright 2024 PT Carramica Kreasi Indonesia