
4 September 2025 9:11 pm
Keramas Saat Imlek: Apakah Boleh? dan Apa Maknanya?
Keramas saat Imlek sering menjadi pertanyaan banyak orang karena terkait dengan tradisi dan pantangan turun-temurun masyarakat Tionghoa. Ada yang percaya bahwa mencuci rambut di hari pertama tahun baru bisa memengaruhi keberuntungan, sementara yang lain melihatnya sebagai simbol kebersihan untuk menyambut tahun baru. Dalam artikel ini, kita akan membahas apakah sebenarnya keramas saat Imlek diperbolehkan.
Apa Makna Pantangan Keramas Saat Imlek?
Di tradisi Tionghoa, Imlek adalah momen menyambut rezeki dan keberuntungan baru. Rambut dalam bahasa Mandarin (发 – fa) memiliki bunyi yang mirip dengan kata “kemakmuran” atau “rezeki” (发财 – fa cai). Oleh karena itu, keramas atau mencuci rambut pada hari pertama Imlek dipercaya sama saja dengan “mencuci bersih” rezeki dan keberuntungan yang baru saja datang.
Pantangan ini lebih bersifat simbolis dan tradisi turun-temurun daripada aturan mutlak. Maknanya adalah agar orang yang merayakan Imlek “menyimpan” keberuntungan di awal tahun, sehingga tidak hilang bersama air saat keramas. Banyak orang tetap keramas sebelum Imlek tiba sebagai tanda menyambut tahun baru dengan diri yang bersih, namun menahan diri untuk tidak keramas di hari pertama sebagai simbol menjaga keberuntungan.
Apa Saja Mitos dan Fakta Keramas Saat Imlek?
Keramas saat Imlek tidak lepas dari berbagai cerita yang berkembang di masyarakat. Ada yang meyakini pantangan ini benar-benar memengaruhi keberuntungan, ada pula yang menganggapnya sekadar tradisi simbolis yang turun-temurun. Untuk memahami lebih jelas, penting melihat sisi mitos dan fakta yang melatarbelakangi kebiasaan ini agar kita tahu mana yang bersifat kepercayaan budaya.
1. Keramas di hari pertama Imlek membuang rezeki
Mitos tentang keramas pada hari pertama Imlek berakar dari kepercayaan tradisional Tionghoa bahwa rambut melambangkan rezeki dan kemakmuran. Dalam bahasa Mandarin, kata “rambut” (发 – fa) memiliki bunyi yang sama dengan kata “fa” dalam fa cai (发财) yang berarti “bermakmur” atau “menjadi kaya”. Namun, secara faktual pantangan ini lebih bersifat simbolis dan turun-temurun ketimbang aturan yang benar-benar membawa akibat nyata.
2. Harus keramas tepat malam sebelum Imlek
Dalam tradisi Tionghoa, malam sebelum Imlek dipandang sebagai momen transisi; orang percaya bahwa jika mereka keramas pada malam itu, segala kesialan, energi negatif, dan beban tahun lama akan “tercuci”. Faktanya, ini hanyalah simbol dan kebiasaan turun-temurun, bukan aturan yang memiliki akibat nyata. Tidak ada bukti ilmiah atau ajaran agama yang mewajibkan keramas tepat pada malam sebelum Imlek.
3. Keramas di hari pertama bisa membawa sial bagi keluarga
Rambut (发 fa) dianggap lambang rezeki dan kemakmuran karena bunyinya mirip dengan kata fa pada fa cai (发财) yang berarti “bermakmur”. Air yang mengalir ketika keramas diasosiasikan sebagai simbol sesuatu yang “terbawa pergi”. Faktanya, tidak ada bukti ilmiah atau ajaran agama yang menyatakan keramas di hari pertama Imlek benar-benar memengaruhi nasib atau rezeki keluarga.
Kesimpulan
Keramas saat Imlek merupakan salah satu tradisi yang sarat simbol dan makna, bukan larangan mutlak. Pantangan untuk tidak mencuci rambut di hari pertama tahun baru Tionghoa muncul dari kepercayaan bahwa rambut melambangkan rezeki dan kemakmuran, sehingga keramas dianggap “mencuci” keberuntungan yang baru datang. Namun, berbagai mitos seperti harus keramas tepat malam sebelum Imlek.
Pada praktiknya, banyak orang Tionghoa modern memilih untuk keramas sebelum Imlek sebagai simbol membersihkan diri dan menyambut tahun baru, lalu menahan diri di hari pertama sekadar menghormati tradisi. Artinya, boleh tidaknya keramas saat Imlek sepenuhnya kembali pada pilihan dan nilai yang dianut masing-masing keluarga.