18 Agustus 2025 7:07 pm

10 Makanan Khas Bugis saat Lebaran: Wajib Recook

10 Makanan Khas Bugis saat Lebaran: Wajib Recook
Lebaran di tanah Bugis selalu identik dengan hidangan yang kaya rasa dan sarat makna budaya. Dari sajian gurih hingga manis, setiap makanan bukan sekadar pengisi meja makan, melainkan juga simbol kebersamaan. Berikut adalah daftar makanan khas Bugis saat Lebaran yang wajib dicoba dan bahkan bisa kamu recook di rumah.

1. Burasa

Burasa lahir dari tradisi pelaut Bugis yang membutuhkan bekal tahan lama. Nasi santan yang dibungkus daun pisang ini bisa awet berhari-hari, sehingga ideal untuk perjalanan jauh. Saat Lebaran, burasa bukan hanya pengganti ketupat, tapi juga simbol mobilitas orang Bugis yang dikenal sebagai perantau ulung.

2. Coto Makassar

Coto Makassar dibuat dengan teknik memasak berlapis: daging direbus berulang kali dalam kuah kacang berbumbu. Hasilnya adalah kuah pekat dan gurih yang menempel di lidah. Hidangan ini biasanya hanya disajikan pada momen sakral, sehingga Lebaran jadi panggung utama untuk memperlihatkan status dan kehangatan tuan rumah.

3. Sop Saudara

Diciptakan pada era kolonial oleh seorang penjual coto di Makassar, Sop Saudara menjadi versi “merakyat” dari coto. Kuahnya bening tapi tetap berbumbu lengkap, dengan tambahan bihun dan perkedel. Saat Lebaran, sop ini melambangkan persaudaraan yang egaliter, siapa pun bisa duduk dan menikmatinya bersama.

4. Pallubasa

Pallubasa punya karakter berbeda karena tambahan kelapa sangrai dalam kuahnya. Hasilnya lebih pekat dan aromatik dibanding coto. Di meja Lebaran Bugis, pallubasa biasanya dihidangkan untuk tamu khusus, menjadi simbol keramahan yang berkelas sekaligus memperlihatkan keterampilan sang juru masak.

5. Kapurung

Kapurung yang berbahan dasar sagu berasal dari tradisi agraris masyarakat Luwu. Makanan ini hadir di Lebaran untuk mengingatkan bahwa tidak semua kemewahan harus berbasis daging atau santan. Teksturnya kenyal dengan kuah ikan asam segar, menyeimbangkan dominasi makanan berat dan melambangkan kesederhanaan yang tetap membahagiakan.

6. Bolu Cukke

Bolu Cukke dibuat dengan gula merah cair yang menciptakan tekstur karamel renyah di luar, lembut di dalam. Di banyak rumah Bugis, bolu ini dibuat massal menjelang Lebaran untuk stok suguhan tamu. Filosofinya sederhana: rasa manis yang melekat di lidah diharapkan membawa kehidupan rumah tangga yang harmonis.

7. Barongko

Barongko merupakan camilan bangsawan Bugis yang dulu hanya hadir di perjamuan istana. Pisang yang dihaluskan dengan santan dan telur, dibungkus daun pisang, lalu dikukus menghasilkan rasa manis lembut. Saat Lebaran, barongko menjadi simbol keterbukaan: makanan yang dulu elit kini bisa dinikmati semua kalangan.

8. Katri Sala

Katri Sala adalah kue goreng sederhana dari tepung terigu dan gula merah. Namun maknanya lebih dalam: makanan ini sering dibuat oleh perempuan Bugis secara berkelompok menjelang Lebaran. Proses memasaknya menjadi ruang kebersamaan, memperkuat ikatan sosial antar tetangga.

9. Putu Cangkiri

Putu Cangkiri terkenal karena bentuknya yang menyerupai mangkuk kecil (cangkiri = cangkir). Kue ini mengajarkan filosofi kerendahan hati: meski kecil, tetap memberi rasa manis bagi yang menikmatinya. Tidak heran jika kue ini hampir selalu hadir di meja Lebaran sebagai suguhan yang “merendah tapi mengena”.

10. Onde-Onde Bugis (Ubi Ungu Isi Kelapa)

Onde-onde Bugis memadukan ubi ungu yang legit dengan isi kelapa parut manis. Warnanya mencolok, membuat meja Lebaran tampak meriah. Lebih dari sekadar jajanan, onde-onde ini sering dibuat beramai-ramai, menjadi aktivitas sosial yang memperkuat solidaritas keluarga besar saat menyambut hari raya.
-

About Writer


Asyraf Syafiq Adhika


Penulis konten seputar hampers dan gifting yang telah berpengalaman lebih dari 3 tahun mengkurasi hampers Natal, Imlek, dan Lebaran. Ia fokus pada pemilihan set makan keramik yang memadukan estetika, nilai budaya, dan makna personal dalam setiap hadiah.



Frequent Asked Question

©- Copyright 2024 PT Carramica Kreasi Indonesia